Detente AS-Rusia Berakhir
JAKARTA -- Pada tanggal 2 Januari 1980, Presiden Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter meminta Senat untuk menunda tindakan terhadap perjanjian senjata nuklir SALT II dan memulangkan duta besar AS untuk Moskow. Langkah ini sebagai reaksi keras terhadap invasi Soviet ke Afghanistan pada Desember 1979.
Tindakan Carter ini mengirimkan pesan bahwa era detente serta hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih bersahabat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon (1969-74) telah berakhir. Carter khawatir bahwa invasi Soviet ke Afghanistan akan mengancam stabilitas negara-negara tetangga yang strategis seperti Iran dan Pakistan. Invasi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan Uni Soviet menguasai sebagian besar wilayah tersebut, termasuk pasokan minyak dunia.
Gedung Putih menyebut tindakan Soviet itu sebagai ancaman serius terhadap perdamaian. Carter meminta Senat untuk menunda pembicaraan ratifikasi SALT II, yaitu perjanjian senjata nuklir yang telah ditandatangani oleh Carter dan Perdana Menteri Soviet Leonid Brezhnev. Selain itu, Carter juga memulangkan Duta Besar AS untuk Moskow, Thomas J. Watson ke Washington. Langkah ini untuk memberikan peringatan kepada Kremlin bahwa intervensi militer di Afghanistan tidak dapat diterima.
Ketika Soviet menolak menarik diri dari Afghanistan, Amerika Serikat menghentikan ekspor penting tertentu ke Uni Soviet, termasuk biji-bijian dan teknologi tinggi. Amerika Serikat juga memboikot Olimpiade musim panas pada 1980 yang diadakan di Moskow. Amerika Serikat juga mulai diam-diam mensubsidi pejuang anti-Soviet di Afghanistan.
Selama masa kepresidenan Ronald Reagan pada1980an, CIA diam-diam mengirimkan miliaran dolar ke Afghanistan untuk mempersenjatai dan melatih pasukan pemberontak mujahidin yang memerangi Soviet. Taktik ini berhasil membantu mengusir Uni Soviet, namun juga memunculkan rezim opresif Taliban dan organisasi teroris alqaeda pimpinan Osama bin Laden.
Pada 1980, Jimmy Carter kehilangan kursi kepresidenan dari Ronald Reagan, yang lebih menyukai kebijakan luar negeri anti-Komunis yang lebih agresif. Reagan menjuluki Uni Soviet sebagai “kerajaan jahat” dan percaya bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab untuk menyelamatkan dunia dari penindasan Soviet. Reagan secara dramatis meningkatkan belanja pertahanan AS dan meningkatkan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet, yang ketika itu perekonomiannya melemah. Uni Soviet kemudian runtuh pada 1991. n. Rizky Jaramaya