Siapa Saleh al-Arouri, Sosok yang Dibunuh Israel dan Diincar Oleh Amerika Serikat?
Ditulis Oleh Nidia Zuraya
Saleh al-Arouri, yang terbunuh di Lebanon pada hari Selasa (2/1/2024) kemarin, adalah wakil kepala biro politik Hamas serta orang yang bertanggung jawab atas sayap militer organisasi tersebut di Tepi Barat. Surat kabar Israel Haaretz menggambarkan al-Arouri sebagai sosok yang dianggap sangat berpengaruh di Hamas, terutama karena upayanya mengembangkan jaringan militer di Tepi Barat.
Beberapa tahun terakhir al-Arouri diketahui bermukim di Lebanon. Sosoknya juga dikenal memiliki hubungan dekat dengan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Dia dan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Jalur Gaza, dianggap memiliki pandangan strategis yang sama. Lahir pada tahun 1966 di Arura, dekat Ramallah, al-Arouri mulai aktif di Hamas pada tahun 1990an.
Israel mengatakan al-Arouri merencanakan sejumlah serangan teror, termasuk penculikan dan pembunuhan tiga remaja pada musim panas 2014. Dia menghabiskan 20 tahun di penjara Israel, hingga tahun 2010, dan belajar bahasa Ibrani di sana.
Setelah dibebaskan, Israel mendeportasinya ke Turki, tempat ia memberikan perintah untuk melakukan serangan teror selama bertahun-tahun. Namun berdasarkan perjanjian rekonsiliasi tahun 2016 antara Turki dan Israel, dia diusir dari Turki dan dipindahkan ke ibu kota Qatar, Doha.
Beberapa bulan sebelum menjadi wakil kepala biro politik Hamas pada tahun 2017, ia diusir dari Qatar dan pindah ke Lebanon. Selama di Lebanon ia aktif mempromosikan hubungan Hamas dengan Hizbullah dan Iran.
Pada tahun 2018, ia mengunjungi Gaza, dengan izin Israel, sebagai bagian dari upaya Mesir untuk merundingkan rekonsiliasi faksi-faksi Palestina yang bertikai dan jeda pertempuran antara Hamas dan Israel. Al-Arouri pernah berkata bahwa "perlawanan adalah inti dari keberadaan Hamas" dan organisasi tersebut tidak melakukan apa pun selain "mempersiapkan perang atau berpartisipasi dalam perang."
Pada tahun 2011, ia terlibat dalam negosiasi pertukaran tahanan yang membebaskan tentara Israel yang diculik, Gilad Shalit. Pada tahun 2017, dia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Israel Kan 11, "Saya mengatakan ini kepada semua orang bahwa Israel bersedia berperang demi satu tentara dan membebaskan 1.000 tahanan untuk satu tentara adalah sesuatu yang positif. Sebagai seseorang yang berada di pihak musuh, akan lebih baik bagi saya, saya akan senang, jika Israel mencapai titik di mana tentara atau warga sipil tidak tertarik. Hal itu akan melemahkan pihak lain, akan melemahkan kekuatan Israel."
Dalam rekaman yang disebarluaskan Februari 2023 lalu, al-Arouri terdengar menjelaskan dalam pertemuan tertutup mengapa Hamas tidak menanggapi dengan keras serangan Israel terhadap fasilitasnya. Dia mengatakan pihaknya mengambil keputusan yang disengaja, berdasarkan pelajaran dari perangnya dengan Israel pada tahun 2021, untuk tidak mengalihkan perhatian ke Gaza agar kekerasan di Tepi Barat dapat meningkat.
Pada tahun 2018, Amerika Serikat mengumumkan hadiah 5 juta dolar AS bagi siapa pun yang memberikan informasi tentang al-Arouri.