Home > Info Terkini

Wael al-Dahdouh, Manusia Terkuat di Gaza Akhirnya Dirawat

Wael Al Dahdouh dilarikan ke Doha untuk mendapatkan perawatan medis
Setelah 100 hari tanpa henti meliput Gaza dan harus kehilangan sanak saudara, Wael Al Dahdouh akhirnya ambruk.
Setelah 100 hari tanpa henti meliput Gaza dan harus kehilangan sanak saudara, Wael Al Dahdouh akhirnya ambruk.

Ditulis oleh Esthi Maharani

GAZA -- Jurnalis veteran Palestina, Wael Al Dahdouh bisa jadi salah satu manusia terkuat di Gaza. Ia harus menghadapi berbagai ujian saat meliput dan mengabarkan kondisi terkini di Gaza, Palestina. Al Dahdouh harus kehilangan harus kehilangan istrinya, Amna; putranya yang lain, Mahmoud; putrinya yang baru berusia 7 tahun, Sham; dan cucunya Adam yang berusia satu tahun pada serangan Israel Oktober lalu. Terakhir, ia kehilangan putra pertamanya yang juga berprofesi sebagai jurnalis yakni Hamza Al Dahdouh pada 7 Januari 2024.

Kini, setelah 100 hari tanpa henti meliput Gaza dan harus kehilangan sanak saudara, Al Dahdouh akhirnya ambruk. Ia terpaksa harus mendapatkan perawatan medis karena kembali terluka akibat serangan Israel. Dikutip dari Middle East Eye pada Rabu (17/1/2024), Al Dahdouh dilarikan ke Mesir melalui perbatasan Rafah sebelum akhirnya diterbangkan ke Doha, Qatar untuk mendapatkan perawatan medis.

Sebelumnya, Al Dahdouh diketahui terluka saat drone Israel menyerang sekolah PBB di Khan Younis, Gaza pada Desember 2023. Ia mengalami luka parah dan harus kehilangan kerabatnya sekaligus kameramen dari Aljazirah yakni Samer Abu Daqqa.

Ketika tiba di Doha, Al Dahdouh disambut hangat oleh sahabat dan kerabat dari Aljazirah. Ketika kehilangan putra sulungnya, Al Dahdouh bersumpah untuk terus menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi Gaza meski terus kehilangan orang-orang yang ia cintai. Dengan berbagai cobaan yang harus dihadapinya, al Dahdouh tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang jurnalis. Ia menolak berhenti memberikan laporan.

Serikat Wartawan Palestina (PJS) mencatat sudah 102 jurnalis tewas dan 71 terluka dalam serangan Israel yang dimulai awal Oktober lalu.

× Image