Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar Masuk Daftar Teroris
Ditulis oleh Esthi Maharani
GAZA -- Uni Eropa pada Selasa (16/1/2024) memasukkan nama Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dalam daftar teroris. Uni Eropa pun memberlakukan sanksi terhadap Yahya Sinwar. Alasan ia masuk daftar teroris yakni sebagai reaksi atas serangan Hamas ke Israel awal Oktober tahun lalu.
Sanksi itu pada dasarnya membekukan dana dan aset keuangan lainnya yang diduga milik Sinwar di negara-negara anggota Uni Eropa. Mereka juga melarang perusahaan-perusahaan Uni Eropa menyediakan sumber daya ekonomi untuk Sinwar.
Sinwar adalah mantan tahanan Israel yang menjalani hukuman 22 tahun penjara. Dia dibebaskan bersama lebih dari 1.000 tahanan warga Palestina lainnya, untuk ditukar dengan pembebasan seorang tentara Israel pada 2011.
Genosida di Gaza sudah melewati hari ke 100. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel sudah menewaskan lebih dari 24 ribu orang dan melukai 60 ribu lainnya. Sementara PBB mengatakan lebih dari 90 persen warga Gaza mengungsi. Pengeboman Israel menghancurkan sebagian besar Gaza sementara warga sipil hidup dalam ancaman kematian baik karena serangan udara, kelaparan atau penyakit.
Pada Senin lalu badan-badan PBB mengeluarkan seruan bersama yang mendesak akses bantuan yang lebih besar ke Gaza. PBB mengatakan "perubahan mendasar dalam aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza sangat dibutuhkan."
Kepala Program Pangan Dunia (WFP), Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pasokan yang cukup untuk masuk dan melintasi Gaza bergantung pada pembukaan rute masuk baru; lebih banyak truk yang diizinkan melewati pemeriksaan perbatasan setiap hari; lebih sedikit pembatasan pada pergerakan pekerja kemanusiaan; dan jaminan keamanan bagi orang-orang yang mengakses dan mendistribusikan bantuan.
"Orang-orang di Gaza berisiko mati kelaparan hanya beberapa kilometer dari truk-truk yang penuh dengan makanan," kata kepala WFP Cindy McCain.
Pada awal Desember lalu WFP memperingatkan "bencana kelaparan" di Gaza yang "sudah mengancam membanjiri penduduk sipil" akan semakin parah. Seorang pekerja bantuan berusia 53 tahun dan ibu dari empat orang anak di Gaza, Salwa Tibi, baru-baru ini mengatakan anak-anaknya "menjerit sepanjang hari karena kelaparan."
Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan dan Gizi Terpadu (IPC) mengkonfirmasi seluruh penduduk Gaza sekitar 2,3 juta orang menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi atau lebih buruk lagi, satu dari empat rumah tangga menghadapi kondisi bencana.
IPC mengatakan ini adalah angka tertinggi dari orang-orang yang menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang pernah diklasifikasikan inisiatif ini untuk area atau negara tertentu.