AS Bangkrut! Bantuan Amunisi untuk Ukraina Terancam Disetop
Ditulis oleh Rizky Jaramaya
WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) kehabisan uang untuk membantu Ukraina. Mereka tidak mampu mengirimkan amunisi dan rudal yang dibutuhkan Pemerintah Ukraina untuk menangkis invasi Rusia.
Untuk pertama kalinya pemerintahan Presiden AS Joe Biden datang dengan tangan kosong sebagai tuan rumah pertemuan bulanan sekitar 50 negara yang mengoordinasikan dukungan untuk Ukraina. Kelompok ini didirikan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada April 2022. Sambil menunggu Kongres menyetujui bantuan untuk Ukraina, Washington akan meminta sekutunya untuk terus menjembatani kesenjangan tersebut.
“Saya mendesak kelompok ini untuk bekerja lebih keras guna memberikan Ukraina sistem pertahanan udara dan pencegat berbasis darat yang lebih dapat menyelamatkan nyawa,” kata Austin dalam pidato pembuka yang disiarkan dari kediamannya, dilansir Associated Press.
Austin sedang menjalani masa pemulihan setelah operasi kanker prostat Pernyataan pembukaan melalui video ini merupakan penampilan publik pertama Austin, yang tampil agak kurus. Dia dirawat di rumah sakit selama dua minggu setelah komplikasi dari operasi.
Setelah pertemuan tersebut, Celeste Wallander, asisten menteri pertahanan untuk urusan internasional, mengatakan kepada wartawan, Kementerian Pertahanan Ukraina mendapat laporan dari garis depan bahwa unit-unit tidak memiliki persediaan dan amunisi yang diperlukan. “Itulah salah satu alasan kami berfokus pada perlunya menjawab pertanyaan Kongres, sehingga mereka dapat mengambil keputusan untuk mengesahkan undang-undang bantuan tersebut," ujarnya.
Sementara Ukraina menunggu keputusan Kongres AS, sekutu-sekutu Eropanya mengambil langkah-langkah baru untuk mendukung Ukraina. Di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengumumkan kontrak bersama senilai 1,2 miliar dolar untuk membeli lebih dari 222.000 butir amunisi 155 mm. Peluru tersebut adalah salah satu amunisi yang paling banyak digunakan dalam perang. Kontrak tersebut akan digunakan untuk mengisi kembali sekutu yang telah mengirimkan cadangan mereka sendiri ke Kiev.
Meskipun konflik antara Israel dan Hamas mendominasi berita utama sejak Oktober, serangan gencar Rusia terhadap Ukraina terus berlanjut. Pada Selasa (23/1/2024), Rusia meluncurkan lebih dari 40 rudal balistik, jelajah, anti-pesawat dan peluru kendali ke dua kota terbesar Ukraina. Serangan ini merusak gedung apartemen dan menewaskan sedikitnya lima orang. Serangan itu terjadi sehari setelah Moskow menolak perjanjian apa pun yang didukung Kiev dan sekutu Baratnya untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir dua tahun.
Pertahanan udara Ukraina mampu mencegat sedikitnya 21 rudal. Namun serangan tersebut melukai sedikitnya 20 orang di empat distrik di Ibu Kota Kiev. Pentagon mengumumkan bantuan keamanan terbarunya untuk Ukraina pada 27 Desember, berupa paket senilai 250 juta dolar AS yang mencakup peluru kaliber 155 mm, rudal anti-pesawat Stinger, dan barang-barang dengan permintaan tinggi lainnya yang diambil dari persediaan AS.
Amerika Serikat belum dapat menyediakan amunisi tambahan sejak saat itu karena dana untuk mengisi kembali persediaan tersebut telah habis. Sementara Kongres belum menyetujui dana tambahan.
Bantuan senilai lebih dari 110 miliar dolar AS untuk Ukraina dan Israel terhenti karena perbedaan pendapat antara Kongres dan Gedung Putih mengenai prioritas kebijakan lainnya, termasuk keamanan tambahan di perbatasan AS-Meksiko. Para senator sedang mengupayakan kesepakatan bipartisan yang akan mencakup bantuan untuk Ukraina senilai hampir 61 miliar dolar AS dan membuat perubahan dalam kebijakan perbatasan.
Namun Partai Republik memperbarui dorongan untuk mengurangi jumlah bantuan untuk Ukraina. Mereka menargetkan dana yang akan disalurkan ke sektor sipil Ukraina dan berargumentasi bahwa negara-negara Eropa dapat ikut campur untuk mendanai kebutuhan tersebut.
“Secara pribadi, saya ingin melihat porsinya dikurangi. Saya pikir jumlahnya sangat tinggi dan ada banyak hal yang didanai di sana," kata Senator John Thune dari South Dakota.
Jika kesepakatan dapat dicapai di Senat, paket bantuan tersebut menghadapi lebih banyak tentangan di House of Representatives. Banyak anggota Partai Republik telah berulang kali memberikan suara menentang upaya perang Ukraina.
Amerika Serikat telah memberikan bantuan keamanan kepada Ukraina sebesar lebih dari 44,2 miliar dolar AS sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022. Sekitar 23,6 miliar dolar AS di antaranya diambil dari persediaan militer yang ada dan hampir 19 miliar dolar AS dikirim dalam bentuk kontrak militer jangka panjang, untuk barang-barang yang akan diperlukan. Kendati dana sudah habis, beberapa senjata yang sudah dibeli sebelumnya akan tetap mengalir masuk. Tambahan dana senilai 1,7 miliar dolar AS telah disediakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam bentuk pendanaan militer asing.
Amerika Serikat dan sekitar 30 mitra internasional juga terus melatih pasukan Ukraina. Hingga saat ini, mereka telah melatih total 118.000 warga Ukraina di berbagai lokasi di seluruh dunia. Juru bicara Angkatan Darat AS di Eropa dan Afrika, Kolonel Marty O’Donnell, mengatakan, Amerika Serikat telah melatih sekitar 18.000 pejuang Ukraina termasuk sekitar 16.300 tentara di Jerman. Sekitar 1.500 pejuang tambahan saat ini sedang menjalani pelatihan.