Home > Info Terkini

Dunia Kutuk AS yang Kali Ketiga Veto Gencatan Senjata Gaza

AS untuk ketiga kalinya memveto rancangan resolusi DK PBB untuk menghentikan genosida di Gaza
Amerika Serikat kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk menghentikan genosida di Gaza
Amerika Serikat kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk menghentikan genosida di Gaza

Ditulis oleh Esthi Maharani

GAZA -- Amerika Serikat kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk menghentikan genosida di Gaza. Langkah pada hari Selasa (20/2/2024) adalah veto AS ketiga dari resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata di Gaza. Hal ini memunculkan kritik luas bahkan dari para sekutunya.

Pemungutan suara di dewan yang beranggotakan 15 orang itu adalah 13-1, dengan Inggris abstain, mencerminkan dukungan kuat dari negara-negara di seluruh dunia untuk mengakhiri konflik yang menghancurkan yang telah menewaskan lebih dari 29.000 warga Palestina.

Begini tanggapan negara-negara dan para pemimpin dunia.

Cina

Zhang Jun, utusan China untuk PBB, menyatakan "kekecewaan dan ketidakpuasan yang kuat" dengan AS, menurut kantor berita Xinhua.

"Veto AS mengirimkan pesan yang salah, mendorong situasi di Gaza menjadi lebih berbahaya," kata Zhang, menambahkan bahwa keberatan terhadap gencatan senjata di Gaza "tidak berbeda dengan memberi lampu hijau untuk pembantaian yang berkelanjutan".

"Hanya dengan memadamkan api perang di Gaza, dunia dapat mencegah api neraka melanda seluruh wilayah," katanya seperti dikutip Xinhua.

Rusia

Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia mengatakan veto AS menandai "halaman hitam lain dalam sejarah Dewan Keamanan".

Dia menuduh AS mencoba bermain dengan waktu sehingga Israel dapat menyelesaikan "rencana tidak manusiawi" untuk Gaza, yaitu untuk memeras orang-orang Palestina keluar dari wilayah itu dan sepenuhnya "membersihkan" daerah kantong itu.

Dia menambahkan bahwa tidak peduli seberapa pahit pemungutan suara, "kita tidak berminat untuk menyerah".

Prancis

Utusan Prancis untuk PBB Nicolas de Riviere menyatakan penyesalannya bahwa resolusi gencatan senjata DK PBB "tidak dapat diadopsi, mengingat situasi bencana" di Gaza.

De Riviere menambahkan bahwa Prancis, yang memilih resolusi tersebut, akan terus bekerja agar semua tawanan dibebaskan dan gencatan senjata "segera dilaksanakan".

Algeria

Utusan Aljazair mengatakan DK PBB telah "gagal sekali lagi" dan memperingatkan langkah itu dapat memiliki konsekuensi mendalam bagi Timur Tengah secara keseluruhan.

"Pesan kami kepada Anda hari ini adalah bahwa masyarakat internasional harus menanggapi seruan untuk mengakhiri pembunuhan warga Palestina dengan menyerukan gencatan senjata segera. Semua yang menghalangi panggilan semacam itu harus meninjau kebijakan dan perhitungan mereka karena keputusan yang salah hari ini akan merugikan wilayah kita dan dunia kita besok. Dan biaya ini akan menjadi kekerasan dan ketidakstabilan," kata Amar Bendjama.

"Jadi tanyakan pada dirimu sendiri, periksalah hati nuranimu. Apa yang akan Anda ambil keputusan hari ini? Bagaimana sejarah akan menilai Anda?"

Hamas

Kelompok Palestina mengatakan keputusan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk memblokir rancangan resolusi Aljazair menguntungkan agenda pendudukan Israel, yang bertujuan untuk "membunuh dan menggusur" warga Palestina.

"Presiden Joe Biden dan pemerintahannya memikul tanggung jawab langsung untuk menggagalkan resolusi gencatan senjata di Gaza," kata Hamas dalam sebuah pernyataan. "Posisi Amerika dianggap sebagai lampu hijau bagi pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian dan membunuh orang-orang kami yang tidak bersalah melalui pemboman dan kelaparan."

× Image